Langsung ke konten utama

Review Novel The Chronicles of Narnia: The Silver Chair

Selamat datang di Catatan Sarah!

Semoga kalian diberi kesehatan dan keselamatan selama pandemi ini. Aku akan kembali membahas novel The Chronicles of Narnia. Tidak terasa aku sudah membahas The Silver Chair yang merupakan seri keenam. Baiklah, aku akan langsung membahasnya.

Judul: The Silver Chair
Penulis: C.S. Lewis
Genre: Fantasi, keluarga, petualangan
Penerbit: HarperCollins
Tebal halaman: 191
Tahun terbit: 1953
Bahasa: Inggris
Sinopsis: Melalui bahaya yang tidak terucap dan gua yang dalam dan gelap, sekelompok teman-teman yang berani dikirim untuk menyelamatkan seorang pangeran. Tapi misi mereka di Dunia Bawah membawa mereka bertemu dengan kejahatan yang lebih cantik dan lebih mematikan dari yang pernah mereka bayangkan.

You can’t go back and change the beginning, but you can start where you are and change the ending.
-C.S. Lewis

Dalam The Silver Chair, Lewis membawa Eustace kembali ke Narnia, tetapi dia membawa seorang teman, yaitu Jill. Seperti yang tertulis di akhir cerita di The Voyage of the Dawn Treader, Eustace memang kemungkinan akan dipanggil ke Narnia lagi dan akhirnya dia bisa kembali. Kali ini, Eustace dan Jill diberi tugas oleh Aslan untuk menyelamatkan Rilian, anak Raja Caspian. Tentu saja, petualangan baru akan dimulai.

Seperti di The Horse and His Boy, petualangan yang terjadi di The Silver Chair tidak berada di negeri Narnia, tetapi negeri tetangga. Petualangan akan terjadi di utara Narnia, yaitu melewati daerah Ettinsmoor dan Harfang, tempat di mana para Raksasa tinggal. Mereka menjalankan perintah yang tidak mudah. Para Raksasa dikenal sebagai mahluk yang jahat. Aku sempat menangkap bagian di The Horse and His Boy di mana Raja Peter yang Agung sedang berperang dengan Raksasa di utara dan di The Voyage of the Dawn Treader di mana Raja Caspian juga sempat berperang dengan Raksasa di utara. Dari kedua bagian tersebut, aku sudah memperkirakan bahwa kaum Raksasa bukan kaum yang berteman baik dengan negeri lain. 

Eustace dan Jill adalah teman dekat. Umur mereka masih anak-anak, tetapi mereka diberi tugas yang tidak mudah oleh Aslan. Dengan sedikit bantuan teman, akhirnya mereka dapat melewati berbagai rintangan dengan baik dan selamat. Keberanian, kepercayaan, dan rendah hati adalah nilai-nilai yang dapat aku ambil dari The Silver Chair.

Lihat umur tokoh-tokoh The Silver Chairdi sini.

Petualangan kali ini memang berbeda dari novel-novel sebelumnya. Jika kalian bertanya bagaimana mereka memasuki negeri Narnia, mereka masuk melalui pintu. Sebelumnya mereka memang sudah berniat untuk pergi ke Narnia dan akhirnya mereka sampai di negeri itu. Tetapi setelah itu, mereka berdua mendapat masalah. Selama di perjalanan, mereka berusaha memperbaiki masalah tersebut. Namanya juga anak-anak, mereka terkadang masih memikirkan diri sendiri.

The Silver Chair beralur maju. Konflik yang dihadirkan pun tidak terlalu memusingkan. Sepertinya Lewis gemar membuat anak-anak terlibat di petualangan yang besar dan berbahaya. Aku semakin berpikir, mungkin ini cara untuk membuat anak-anak semakin berani dan percaya hasil yang akan mereka terima. Tidak seperti Pevensie bersaudara yang sangat betah tinggal di Narnia, Eustace dan Jill malah ingin cepat pulang. Aslan dengan senang hati mengembalikan mereka karena mereka sudah berhasil. 

Nah, sekian dulu pembahasanku tentang The Silver Chair. Aku akan langsung membahas The Last Battle yang merupakan seri penutup dari The Chronicles of Narnia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalian. Sampai jumpa di Catatan Sarah selanjutnya.

Sayonara.

Komentar