Langsung ke konten utama

Review Novel The Chronicles of Narnia: The Last Battle

Selamat datang di Catatan Sarah!

Semoga kalian diberi kesehatan dan keselamatan selama pandemi ini. Sesuai dengan Catatan Sarah sebelumnya, aku akan membahas seri terakhir The Chronicles of Narnia: The Last Battle. Karena The Last Battle adalah seri penutup, seri ini adalah seri yang memiliki konflik yang seru dan akhir yang tak kalah menarik. Langsung saja masuk ke pembahasannya.

Judul: The Last Battle
Penulis: C.S. Lewis
Genre: Fantasi, keluarga, petualangan
Penerbit: HarperCollins
Tebal halaman: 172
Tahun terbit: 1956
Bahasa: Inggris
Sinopsis: Selama hari-hari terakhir di Narnia, negeri yang menghadapi rintangan yang sulit – bukan penyusup tanpa musuh. Kebohongan dan pengkhianatan telah mengambil alih, dan hanya seorang raja dan sekelompok pengikut kecil yang royal yang bisa mencegah kehancuran, sebuah akhir yang indah dari The Chronicles of Narnia.

If we find ourselves with a desire that nothing in this world can satisfy, the most probable explanation is that we were made for another world.
-C.S. Lewis

Tidak terasa aku sudah membahas keenam serial The Chronicles of Narnia. Dari serial ini, aku selalu mendapat petualangan-petualangan yang baru dan menarik. Sebuah petualangan dengan makna di baliknya dan indah di akhirnya. Lewis menutup serial The Chronicles of Narnia dengan sangat baik. 

Pada awal cerita, sudah terjadi konflik yang menyebabkan kesalahpamahan. Uniknya, Raja Tirianlah yang mengharapkan datangnya pahlawan dari dunia lain dan Aslan mengabulkannya. Raja Tirian adalah keturunan ketujuh dari Raja Rilian. Di novel sebelumnya, The Silver Chair, Eustace dan Jill adalah orang yang menyelamatkan Pangeran Rilian. Setelah mereka meninggalkan Narnia selama setahun, mereka kembali ke Narnia setelah 200 tahun berlalu. 

Lihat umur tokoh-tokoh The Last Battledi sini.

Aku tidak tahu mengapa Aslan meninggalkan negerinya. Keadaan di dalam The Last Battle benar-benar kacau dan sangat menyebalkan. Rakyat Narnia yang tidak selalu merasa kehadiran Aslan menjadi percaya kebohongan. Aku sebenarnya tidak menyalahkan Aslan, hanya saja aku tidak mengerti mengapa Aslan meninggalkan mereka, seperti saat waktu Prince Caspian saat Narnia diserang oleh bangsa Telmar. Mungkin aku yang belum dapat mengerti apa maksud Aslan meninggalkan mereka. Itu masih menjadi sebuah teka-teki bagiku.

The Last Battle memiliki alur maju. Lewis kembali menghadirkan peperangan di novel ini. Sebuah perang yang terakhir di Narnia karena Aslan sendiri yang akan menghancurkan Narnia. Aslan memberi tempat yang lebih baik untuk rakyat yang masih mempercayainya, yaitu negeri di mana Aslan berasal. Aku membaca beberapa teori bahwa negeri Aslan adalah surga sendiri. Sebuah petunjuk aku dapat dari The Voyage of the Dawn Treader, yaitu orang-orang yang ingin masuk ke negeri Aslan tidak bisa kembali, atau mereka bisa saja masuk ke sana dalam keadaan meninggal. Jika aku mengambil kesimpulan, jika kita masuk ke surga, kita tidak akan bisa kembali, bukan? Atau dalam arti lain, kita sudah meninggal. Itulah yang terjadi di akhir cerita.

Lebih mengejutkan lagi, Lewis kembali membawa Pevensie bersaudara, Digory dan Polly. Dalam waktu ini, Digory dan Polly sudah menjadi orang yang tua. Tetapi mereka masih bisa memasuki Narnia. Begitu spesialnya bagi Digory dan Polly yang menyaksikan awal dan akhir negeri Narnia. Tetapi ada sesuatu yang kurang. Di dalam The Last Battle, Susan tidak kembali bersama ketiga saudaranya. Susan sudah menjadi wanita dewasa dan dia hanya berpikiran duniawi saja. Dia hanya menganggap petualangan di negeri Narnia hanyalah kejadian masa lalu saja. Sebuah hal yang perlu disayangkan bagi penggemar Narnia. Aku mungkin dapat mengerti maksud Lewis tidak menghadirkan Susan. Karena tidak semua orang akan selalu percaya. Ada kalanya mereka dikelilingi hal-hal duniawi yang menyenangkan dan itulah apa yang dialami Susan.

Pevensie bersaudara, Digory, Polly, Eustace, dan Jill tetap masuk bersama rakyat Narnia yang percaya pada Aslan ke negeri Aslan. Ya, mereka semua mati di dalam kehidupan nyata. Setelah mereka masuk ke dalam, Aslan menjelaskan bahwa mereka semua, termasuk ayah dan ibu Pevensie, terlibat sebuah kecelakaan kereta dan mereka meninggal. Tetapi sebagai gantinya, mereka akan tinggal di negeri Aslan, di mana mereka dapat kembali bertemu dengan orang-orang yang menemani mereka selama di Narnia. Sebuah akhir cerita yang paling bahagia bagi para tokoh-tokohnya.

We must go on and take the adventure that comes to us.
-C.S. Lewis

Aku tidak bisa berhenti tersenyum saat membaca serial The Chronicles of Narnia karena memang ini adalah serial yang sangat indah. Lewis telah memberi makna-makna di dalam setiap ceritanya. Di mana kita berjuang, di situlah kita akan mendapat hasilnya. Serial The Chronicles of Narnia sudah tuntas aku bahas. Mungkin aku akan membahas trilogi Shadow and Bone karya Leigh Bardugo di kesempatan berikutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalian. Sampai jumpa di Catatan Sarah berikutnya. 

Komentar