Langsung ke konten utama

Review Novel The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader

Selamat datang di Catatan Sarah!

Semoga kalian diberi kesehatan dan keselamatan selama pandemi ini. Aku akan kembali membahas novel The Chronicles of Narnia. Seri kelima: The Voyage of the Dawn Treader adalah seri ketiga yang difilmkan oleh 20th Century dan Walden Media dibawah sutradara Michael Apted.

Menurutku, film ini adalah film yang paling berbeda dari novelnya. Mungkin itu yang membuat rating film ini tidak sebaik seperti seri 1 dan 2. Jika kalian sudah menonton filmnya dan ingin membaca novelnya, aku sarankan agar membuang semua ingatan kalian tentang kejadian di filmnya. Kejadian-kejadian di novel jauh lebih baik dan seru. Yang aku syukuri adalah para pemainnya masih seperti seri 1 dan 2. 

Oke, aku lanjut pembahasan novelnya.

Judul: The Voyage of the Dawn Treader
Penulis: C.S. Lewis
Genre: Fantasi, keluarga, petualangan
Penerbit: HarperCollins
Tebal halaman: 189
Tahun terbit: 1952
Bahasa: Inggris
Sinopsis: Seorang raja (Caspian) dan beberapa teman yang tidak terduga (Edmund, Lucy, Eustace) memulai pelayaran yang akan membawa mereka lebih jauh ke pulau-pulau yang sudah mereka ketahui. Saat mereka berlayar jauh dan lebih jauh dari peta, mereka menemukan bahwa perjalanan mereka lebih dari yang mereka bayangkan dan ujung dunia hanyalah sebuah awal.

Hardship often prepares an ordinary person for an extraordinary destiny.
-C.S. Lewis

Lewis kembali menampilkan ketiga tokoh (Edmund, Lucy, Caspian) ke dalam VDT dan menambahkan Eustace. Sebuah perjalanan yang berbeda dari perjalanan di novel sebelumnya. Kali ini, Lewis membawa imajinasi anak-anak menikmati luasnya samudra di dunia lain. Cara Lewis memasukkan Edmund, Lucy, dan Eustace kembali menarik perhatian. Tidak menggunakan lemari dan stasiun, mereka memasuki negeri Narnia melewati lukisan! Ya, sebuah lukisan di rumah paman dan bibi Pevensie bersaudara yang asalnya tidak jelas dari mana.

Selama perjalanan di kapal, suasana yang tergambar tidak menentu. Keadaan laut selalu berubah-ubah, membuat awak kapal selalu berusaha mempertahankan kapal. Barulah saat mereka sampai di pulau, suasana kembali seru. 

Urutan pulau-pulau yang mereka kunjungi jika menurut novel adalah Lone Island, Pulau Naga, Pulau Air-mematikan, Pulau Coriakin, Pulau Hitam, dan Pulau Ramandu. Setelah mereka melewati Pulau Ramandu, mereka sampai di ujung dunia, yaitu negerinya Aslan. Sangat jauh berbeda dari filmnya, bukan? Kejadian di novel jauh lebih seru dari yang tergambar di film. Perjuangan para tokohnya melewati semua rintangan dengan pantang menyerah, bagaimana mereka belajar dari kesalahan mereka, bagaimana mereka tidak tergoda harta, dan bagaimana mereka belajar mempercayai harapan. 

Di dalam VDT, para tokoh-tokohnya masih remaja. Mereka, terlebih Caspian, sudah berani berlayar ke ujung dunia demi mencari Ketujuh Bangsawan Telmar. Walaupun umur mereka masih muda, tetapi mereka melewati berbagai rintangan dengan baik. 

Lihat umur tokoh-tokoh The Voyage of the Dawn Treaderdi sini.

VDT memiliki alur maju. Konflik yang dihadirkan pun tidak semua tampak, tetapi juga ada konflik yang lebih condong ke dalam diri sendiri, seperti godaan-godaan. Tetapi mereka semua berhasil melewatinya dengan baik (terutama Eustace). Lewis kembali membawa konflik-konflik yang tidak biasa ke dalam ceritanya dan menulis akhir yang bahagia. 

Aku akan memberi sedikit spoiler dan fakta yang tertulis di novel. Jika kalian tidak ingin mengetahuinya, kalian bisa menyekip bagian ini.


Lord Bern tidak dipenjara bersama Caspian dan Edmund. Dialah yang menyelamatkan Caspian dari perbudakan. Akhirnya, dengan bantuan Lord Bern, Caspian dapat membebaskan masyarakat Lone Island dari perbudakan.


Dufflepuds tidak menyulik Lucy untuk melepas mantra tak kasat mata. Mereka membicarakan dengan semua awak kapal dan akhirnya memutuskan Lucy yang akan masuk ke dalam rumah Sang Penyihir. 


Eustace bertemu dengan naga yang sekarat dan akhirnya mati. Dia tergoda oleh harta karun dan berubah menjadi naga. Setelah beberapa saat, Eustace akhirnya diubah kembali menjadi manusia oleh Aslan di tempat yang sama, yaitu Pulau Naga. Edmund adalah orang pertama yang mengetahui perubahan Eustace.


Kabut hanyalah buatan film semata. Di dalam VDT, tidak menjelaskan musuh mereka yang sebenarnya dan tidak menyebutkan kabut. 


Pada saat badai menerjang, kapal Dawn Treader diserang oleh naga laut dan Edmund tidak membunuhnya.


Mereka tidak hanya bertemu Liliandil saja, tetapi mereka sempat bertemu dan berbincang dengan Ramandu sendiri. 


Caspian tidak bisa mengikuti Edmund, Lucy, Eustace, dan Reepicheep.Jika Caspian memaksa mengikuti mereka, dia tidak akan bisa kembali ke negeri Narnia.

Itulah beberapa fakta dan spoiler yang sudah aku berikan. Aku memberi contoh-contoh tersebut bukan untuk membanding-bandingkan, ya. Karena tim produksi memproduksi film bukan novel. Yang aku sesalkan adalah mengapa mereka tidak mengikuti cerita yang ada di novelnya saja. Cerita yang tergambar di novel sudah cukup seru, tetapi mereka malah mengubahnya. Tak apalah, yang penting mereka sudah memberi gambaran yang baik di serial ketiga ini.

Sekian penjelasanku tentang The Voyage of the Dawn Treader. Aku akan membahas The Silver Chair di lain hari. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalian. Sampai jumpa di Catatan Sarah berikutnya!

Sampai jumpa.

Komentar