Selamat datang di Catatan Sarah!
Semoga kalian semua diberi kesehatan dan keselamatan selama pandemi ini. Aku akan kembali membahas serial The Chronicles of Narnia. Seri keempat: Prince Caspian adalah seri kedua yang sudah difilmkan oleh Walt Disney dan Walden Media dibawah sutradara Andrew Adamson.
Film yang dibuat tahun 2008 ini memang menarik. Menurutku ini adalah film Narnia yang paling bagus dari ketiga serial yang difilmkan. Yang paling bagus dan sebenarnya paling tidak sesuai. Film yang memang dibuat berbeda dari novelnya. Tetapi keseluruhan memang patut diacungi jempol.
Oke, aku akan langsung membahas novelnya.
Judul: Prince Caspian
Penulis: C.S. Lewis
Genre: Fantasi, keluarga, petualangan
Penerbit: HarperCollins
Tebal halaman: 190
Tahun terbit: 1951
Bahasa: Inggris
Sinopsis: Seorang pangeran (Caspian) yang ditolak kedudukan tahtanya menggabungkan kekuatan dalam keputusasaan untuk menyelamatkan wilayahnya dari raja yang tidak sah. Tapi diakhiri dengan pertarungan kehormatan antara dua orang yang akan menentukan nasib seluruh dunia.
“You never know what you can do until you try, and very few try unless they have to.”
-C.S. Lewis.
Cerita berfokus pada Pangeran Caspian. Seorang pangeran yang masih belia tetapi harus melarikan diri untuk menyelamatkan diri. Dia harus berjuang untuk meyakinkan bangsa Narnia untuk membantunya mengambil tahtanya. Dengan dorongan keyakinan, akhirnya mereka setuju membantu pangeran. Petualangan Caspian dengan bangsa Narnia dimulai.
Prince Caspian mengambil suasana yang menegangkan karena bangsa Narnia harus hidup di dalam hutan agar tidak dicelakai bangsa Telmar. Setelah The Horse and His Boy, Lewis kembali menulis Prince Caspian yang tidak kalah mendebarkan. Cerita ditulis lebih gelap dari cerita-cerita sebelumnya. Membuat alur cerita semakin menarik untuk dibaca.
Lewis menggambarkan Caspian dengan baik. Seorang pangeran yang putus asa dan hampir dicampakkan oleh bangsa Narnia, tetapi Caspian tidak menyerah. Itulah mengapa aku menyukai Caspian. Dia tidak pantang menyerah dan memiliki tekad yang kuat. Hatinya baik seperti ayahnya, bukan seperti pamannya. Dia percaya akan membawa kebebasan bagi bangsa Narnia.
Walau berfokus pada Caspian, tetapi Lewis membawa Pevensie bersaudara kembali memasuki negeri Narnia. Mereka akan memperjuangkan kebebasan negeri Narnia dengan Caspian. Karakter mereka pun sudah berkembang. Walaupun hanya satu tahun berlalu, ketika mereka kembali ke Narnia, sifat mereka menjadi berbeda. Bukan seperti anak-anak lagi, tetapi seperti Raja dan Ratu yang pernah memerintah.
Lucy noticed that there was no sign of weariness in their face: both the High King and King Edmund looked more like men than boys. (Prince Caspian).
Di dalam Prince Caspian, ketika Caspian bertemu dengan Peter dan Edmund (Susan dan Lucy bersama Aslan), Caspian langsung memberi segala hormat. Sifat Peter kembali menjadi Raja yang Agung, menerima Caspian dengan tulus. Selama Caspian bersama Raja Peter dan Raja Edmund, Caspian menghormati mereka, begitu pula bangsa Narnia yang tersisa. Kewibaan Raja Peter pun kembali dan aura berkuasa terasa dalam dirinya. Seperti dulu, Raja Peter yang Agung kembali memimpin bangsa Narnia.
Prince Caspian memiliki alur maju dan konflik yang kembali membawa peperangan. Jika kalian sudah menonton filmnya, pasti kalian sudah tahu bagaimana konflik yang berjalan. Entah mengapa jika ada peperangan, aku selalu tidak bisa membayangkan bahwa mereka masih remaja. Adu duel pedang yang terjadi antara Raja Peter dan Raja Miraz membuatku semakin ganjal. Walaupun mungkin saja Peter masih ingat bagaimana cara menggunakan pedang karena dia adalah Raja yang Agung dan seorang ksatria.
Lihat umur tokoh-tokoh Prince Caspian, di sini.
Lewis menulis akhir cerita Prince Caspian dengan suasana menyenangkan. Aslan membuat banyak orang berbahagia karena tentara Telmar telah dikalahkan dan Caspian diangkat menjadi Raja. Bangsa Narnia pun mulai berbaur dengan rakyat Telmar karena Caspian memberi kebebasan bagi mereka.
Seperti The Lion, The Witch, and The Wardrobe, kejadian yang difilmkan berbeda dengan yang tertulis di novel. Walau aku akui memang akhir cerita di novel terlalu kekanak-kanakan, tetapi aku tidak menyukai bagaimana sikap Caspian pada Peter. Aku akan memberi sedikit fakta dan spoiler. Jika kalian tidak ingin melihatnya, silahkan lewati bagian ini.
Jika kalian bingung apa maksud dialog di atas, aku akan menjelaskan sesuai yang tertulis di novel. Setiap malam, professor dan Caspian selalu menatap bintang di menara. Profesor akan bercerita tentang bangsa Narnia.
Di dalam film, Caspian meniup Terompet Ratu Susan dengan kehendaknya sendiri. Berbeda di novelnya, bangsa Narnia memang sepakat untuk membiarkan Caspian meniup terompet. Berharap Raja dan Ratu kuno kembali menyelamatkan mereka.
Wanita tua yang dimaksud Jend. Glozelle adalah suster/perawat yang merawat Caspian sejak kecil. Dialah yang menceritakan Caspian tentang bangsa Narnia dan sejak itulah Caspian mulai mempercayai keberadaan bangsa Narnia.
Pevensie bersaudara sudah berkemah di reruntuhan Cair Paravel selama berhari-hari dan mereka baru sadar adanya ruangan harta karun.
Trumpkin, Kurcaci yang bertemu dengan Pevensie bersaudara, tidak langsung mengakui bahwa mereka adalah Raja dan Ratu kuno. Mereka harus membuktikan dengan adu pedang (Edmund) dan adu memanah (Susan) dengan Trumpkin sendiri.
Di dalam novel, profesor yang menjadi tutor Caspian tidak ditangkap dan dipenjara.
Di dalam novel, Lucy hanya bertemu dengan Aslan sekali saja. Setelah mereka berlima (Pevensie bersaudara dan Trumpkin) dapat melihat Aslan, barulah mereka berpencar. Peter, Edmund, dan Trumpkin menuju Caspian. Sedangkan Susan dan Lucy bersama Aslan sampai perang berakhir.
Perselisihan antara Peter dan Caspian hanya buatan film saja. Sejujurnya aku menyesalkan hal ini. Kewibaan Peter tidak terasa saat kembali ke Narnia, tetapi condong ke arah memaksakan perintah. Caspian pun tidak menghormati Peter. Mereka berdua seolah menunjukkan kekuatan sebagai Raja dan calon Raja.
Nah, aku akan menjelaskan dialog Profesor Cornelius. Jika kalian tidak membaca novelnya, kalian pasti tidak paham apa yang dikatakan oleh profesor. Jadi, sebenarnya Profesor Cornelius adalah setengah kurcaci dan setengah manusia. Ibunya adalah kurcaci dan ayahnya adalah manusia. Setelah kepergian Pevensie bersaudara, bangsa Telmar menyerang Narnia. Sejak itulah ras Kurcaci berbaur dengan manusia.
Orang yang membunuh Raja Miraz adalah Lord Glozelle, bukan Lord Sopespian.
Romansa antara Susan dan Caspian hanyalah buatan film semata. Di dalam novel, Susan bertemu dengan Caspian setelah peperangan berakhir dan mereka tidak menaruh perasaan.
Terakhir, Raja Peter tidak menyerahkan pedangnya pada Raja Caspian. Karena memang seharusnya kedudukan Raja Caspian masih dibawah Raja Peter yang Agung.
Aku sebenarnya sedikit kecewa karena tim produksi membuat konflik antara Peter dan Caspian. Padahal mereka bisa memilih konflik antara Caspian dengan bangsa Narnia. Yah, mereka memproduksi film bukan buku. Dari contoh-contoh di atas, aku tidak bermaksud memanding-bandingkan, ya. Jika kalian bertanya mengapa aku membagikan spoiler, karena aku ingin membagi apa yang aku baca kepada kalian. Aku ingin memberi jawaban kepada kalian yang barangkali ingin tahu tentang kejadian sebenarnya yang tertulis di novel. Lagipula, aku hanya memberi contoh, tidak memberitahu semua perbedaan.
Sekian pembahasanku tentang Prince Caspian. Aku akan membahas The Voyage of the Dawn Treader di kemudian hari. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalian. Sampai jumpa di Catatan Sarah selanjutnya!
Sayonara.
Komentar
Posting Komentar